Grafologi ditemukan di masa Cina kuno sejak 6000 tahun silam. Kuo Jo Hsu di China mengatakan bahwa dia dapat mengungkap karakter seseorang dari cara dia menulis.
Aristoteles, seorang filsuf Yunani pada 4.000 tahun lampau telah mampu mengaitkan tulisan tangan dengan waktu pemiliknya. Aristoteles (Soemantoro, 2009 : 2) mengatakan bahwa seperti cara berpikir manusia yang pengucapannya berbeda-beda, begitu pula perbedaan menulis. Lebih lanjut, Aristoteles menyatakan tulisan tangan mengungkap 3 aspek manusia: tubuh, pikiran dan spirit.
Sementara, sorotan lebih tajam dilontarkan oleh Konfusius (Soemantoro,
2009 : 2) dengan mengatakan tulisan tangan dapat secara sempurna menunjukkan
apakah itu datang dari seorang cerdas atau seorang yang terbuka.
Suetonius Tranquillus (69-140 M), seorang sejarawan Romawi, memasukkan
analisa kepribadian Kaisar Augustus melalui tulisan tangannya pada tahun 99
Masehi dalam karyanya “Lives of the Caesar”.
Pada
pemerintahan Kaisar Nero, banyak ahli grafologi yang dipekerjakan untuk memilih
orang-orang yang bisa dipercaya sebagai pejabat waktu itu.
Pada tahun 1500, William Shakespeare, seorang sastrawan terkenal berkebangsaan Inggris yang terkenal dengan karyanya “Romeo & Juliet” menulis: “Berikan saya tulisan tangan seorang wanita dan saya akan katakan karakternya.”
Francois Demelle, seorang berkebangsaan Prancis yang pertama kali mengenalkan teori yang menyatakan bahwa tulisan tangan merupakan perwujudan dari karakter seseorang. Pada tahun 1622, Camillo Baldi (1550 - 1637) seorang dokter dan pendidik (sebagai Dekan College of Philosophy, di University of Bologna) menerbitkan sebuah karya tulis yang berjudul ”Trattato come de una lettera missiva si conoscano la natura, e qualita dello scrittore” (bagaimana dari sebuah surat seseorang bisa mengetahui sifat dan kualitas penulisnya), yang mengkaji hubungan antara tulisan tangan dan kepribadian.
Usaha melakukan perbandingan tulisan tangan dengan emosi, karakter,
watak, dan kepandaian si penulis terus dilakukan dari masa ke masa dan seiring
dengan perkembangan sarana tulis-menulis, barulah pada abad ke-17 bermunculan
pembahasan yang intens tentang ilmu ini.
Pada tahun 1741 – 1801, J. C Lavanter, seorang Pastor Swiss, membuat laporan yang sistematik dan cermat tentang tulisan tangan. Walaupun laporan yang dibuat masih berupa perkiraan dan menjelaskan tentang sifat – sifat umum namun telah berhasil membuat menarik perhatian orang lain, terutama di Paris. Ada beberapa tokoh yang tertarik dengan grafologi, sampai dengan kelompok agama.
Cendekiawan Abbe Flandrin (1804 – 1864) dan muridnya Abbe Jean Hyppplyte Michon (1806 – 1881), seorang pendidik di Prancis, mengabdikan banyak waktu mereka pada ilmu tentang tulisan tangan. Michon kemudian menerbitkan makalah-makalah tentang sistemnya untuk menganalisis tulisan tangan, yang menguraikan bagaimana elemen-elemen atau ”tanda-tanda” tertentu (seperti goresan dan bentuk huruf seseorang) berhubungan dengan ciri kepribadian tertentu. Beliau memperkenalkan nama grafologi untuk menjelaskan tentang kajiannya. Michon juga dianggap berjasa dalam mendorong penyebarluasan minat terhadap garfologi, baik dalam lingkup umum maupun akademis. Jean Michon membentuk Graphological Society (Lembaga Grafologi) di Paris, yang berkembang sampai masa Perang Dunia Kedua (1939-1945).
Orang Prancis lainnya dan juga murid Michon, yaitu Jules Crepieux Jamin (1858 – 1940) mengambil teori yang selangkah lebih jauh. Beliau menyakini bahwa tulisan tangan harus diteliti sebagai satu kesatuan utuh dan penafsirannya harus disandarkan pada fitur-fitur lain. Beliau membagi elemen-elemen dasar tulisan tangan ke dalam tujuh kategori : dimensi, bentuk, tekanan, kecepatan, arah, layout (tata letak) dan kontinuitas. Pendekatan Crepieux Jamin menjadi dasar bagi aliran grafologi di Prancis. Pendekatan ini juga memberi pengaruh dalam bidang psikologi dan menjadi landasan bagi pendekatan Gestalt kepada analisis tulisan tangan. Menjelang akhir abad ke-19, bangsa Jerman ikut ambil bagian dalam bidang grafologi dan mulai membuat kontribusi sendiri terhadap bidang ini.
Wilhelm Preyer (1841 – 1897), seorang Profesor Fisiologi membandingkan tulisan tangan orang ketika tangan, kaki, dan mulut mereka memegang pena. Preyer mencatat kesamaan yang jelas dalam bentuk dan struktur setiap sampel. Dan beliau menyimpulkan bahwa tulisan “tangan” adalah benar-benar tulisan “otak”, karena diorganisasikan secara pusat di dalam otak. Proses visualisasi huruf secara mental mauoun fisik, dan juga kemudian mengirimkan informasi tersebut ke area sensorik dan motorik. Itulah yang menghasilkan bentuk tulisan di atas kertas. Pandangan ini telah dibuktikan dengan pengetahuan bahwa orang yang terkena stroke tulisan tangannya akan rusak parah. Sementara mereka yang mengunakan tangan palsu pada akhirnya dapat memperoleh kembali keterampilan menulis dengan tangannya. George Meyer seorang psikiater Jerman menemukan bahwa mood (suasana hati) dan emosi berperan dalam perubahan-perubahan kecil dalam tulisan tangan. Pengungkapan oleh Preyer dan Meyer mengilhami para psikolog dan ilmu lain untuk menaruh minat pada grafologi.
Sekitar penggantian abad ke-20, Ludvig Klages (1872 – 1956), seorang
Filosof dan ahli grafologi dan penulis Die Handschrift als Gehernshrift
menerapkan teori Gestalt yang berarti ”lengkap” atau ”utuh” dalam kajiannya
sehingga memperluas cakupan grafologi. Klages berupaya melihat kepada seluruh
contoh tulisan daripada menyamakan setiap goresan dengan sifat tertentu. Beliau
juga menyimpulkan bahwa tulisan tangan adalah keseimbangan antara aspek sadar
dan bawah sadar dari kepribadian seseorang.
Di Switzerland, Max Pulver (1890 – 1953) seorang Profesor di
Universitas Zurich, mempelajari karya Klages dan menerapkan metode psikologi
Carl Jung dan Sigmund Freud pada analisis tulisan tangan. Beliau menggolongkan
tulisan tangan ke dalam tiga ”zona” atas, tengah, dan bawah ; masing-masing
berhubungan dengan area kepribadian berbeda. Pulver juga memperkenalkan
pemaknaan ruang pada halaman kertas – makna sisi kiri dan kanan halaman (atau
lebih dikenal sekarang marin kiri – kanan), serta makna lebar atau sempitnya
margin atas, bawah dan samping.
Pada tahun 1930, Robert Saudek (1880 – 1935), seorang grafolog Inggris berkebangsaan Chekoslovakia, menguji gerakan tulisan tangan dengan menggunakan mikroskop, film, dan papan tekanan. Sebanyak 100.000 pria, wanita dan anak-anak dari berbagai negara dipelajari, dan korelasi antara sifat dasar serta gerakan tulisan didokumentasikan.
Pada dekade yang sama, di Harvard University Psychological Clinic, Gordon Allport dan Philip Vernon meneliti pekerjaan laboratorium dengan banyak subjek, mereka mencatat bahwa gerakan-gerakan individual, menulis atau yang lainnya, adalah bersifat konsisten dan dapat juga dianggap sebagai ekspresi pribadi.
Sementara itu, Rudolph Pophal (1893 – 1966), Profesor Neurologi di Hamburg Jerman, mempelajari bagaimana otak mempengaruhi goresan tulisan di atas kertas. Sebagai seorang ahli neurologi, Pophal mempelajari fungsi otak dan melakukan riset tentang sisi fisiologis tulisan tangan dan perilaku, yang menegaskan sekali lagi bahwa tulisan tangan bukan berasal dari tangan melainkan dari rangsangan-rangsangan dalam otak.
Edgar Berillon (1859 – 1948) seorang psikolog Prancis dan pakar
penyakit kejiwaan, menemukan bahwa latihan menulis dapat mengubah perilaku pada
pasien. Upaya Berillon untuk menunjukkan bahwa ada hubungan antara pikiran dan
tulisan. Kajiannya yaitu psychotherapie graphique, yang menghasilkan kajian dan
praktik grapho therapy. Psikolog Perancis terkemuka, Pierre Janet (1859 –
1947), melakukan banyak kajian tentang pikiran bawah sadar, tertarik pada
kajian Berillon dan pada akhirnya membenarkan temuan Berillon tersebut. Kajian
dan pengujian lebih lanjut dilakukan di Sorbonne. Pada tahun 1950-an, ratusan
anak dengan gangguan mental diobati dengan grapho therapy.
Klara Roman (1881 – 1962), seorang praktisi dari Hungaria, mempelajari
energi kepribadian sadar dan tidak sadar sebagaimana digambarkan dalam tulisan
tangan, serta hubungan antara bahasa lisan dan tulisan tangan. Beliau
menciptakan Psychogram, alat pengukur yang membandingkan tulisan dengan
karakter penulisnya.
Dr. Roger Walcott Sperry pemenang
Nobel untuk bidang pengobatan pada tahun 1988, menganggap di dalam otak ada dua
cuping yang terhubung dengan banyak sekali syaraf dan menurut ilmu jiwa
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Dan ketika kita menulis, satu bagian otak
tersebut secara langsung memerintahkan bagaimana tulisan tersebut dibuat.
Saat ini, penggunaan analisis tulisan tangan tergolong cukup tinggi. Pada tahun 1992, Smith dan Abrahamson meninjau kembali metode seleksi personalia di enam negara Eropa antara 1983 dan 1991 serta menemukan frekuensi penggunaan grafologi yang meningkat untuk seleksi dan promosi karyawan (terutama di Prancis).
Sharma dan Vardhan menyatakan bahwa 85 % orang Eropa dalam memutuskan hasil seleksi juga melibatkan penggunaan grafologi, sementara Klimoski dan Rafaeli menemukan di tahun 1983 bahwa sebanyak 3.000 perusahaan di Amerika Serikat tetap menggunakan analisis tulisan tangan.
Penelitian grafologi terus-menerus
dilakukan oleh para penyelidik secara individual dan program-program di bawah
arahan bantuan organisasi grafologi profesional seperti American Handwriting
Analysis Foundation.
Ada beberapa fakta mengenai grafologi,
yaitu 5.000 perusahaan menggunakan grafologi untuk seleksi dan membentuk tim;
bisnis di negara-negara Eropa umumnya menggunakan analisis tulisan tangan untuk
penggunaan praktis pada karyawan mereka. Di Prancis dan Swiss, bahkan
diperkirakan sekitar 80 % perusahaan besar menggunakan grafologi dalam prosedur
seleksi.
Di Indonesia minat untuk mempelajari
dan menggunakan grafologi mulai semakin tinggi. Kami merasakan kemudahan dan
kepraktisan dalam memanfaatkan grafologi atau analisa tulisan tangan (handwriting
analysis) untuk berbagai kebutuhan. Popularitas grafologi pun semakin
meningkat ketika pendapat para grafolog mulai didengar dan dijadikan bahan
pertimbangan dalam memilih calon presiden. Dan terkait hal ini, kami pun
diundang oleh Metro TV untuk mengemukakan analisa grafologi secara Live terhadap
tulisan dan tanda tangan dari kedua capres Indonesia 2014.
Hingga kini, kami terus melakukan riset grafologi dalam berbagai hal, seperti mendeteksi penyakit melalui tulisan tangan dan lain sebagainya dengan menggunakan alat bantu Electroencephalography (EEG) dan juga quantum magnetic resonance analyzer.
----------
Disusun oleh :
Max Hendrian Sahuleka & Primasari T. Z.
( Founder Primagraphology Training & Consulting, Penulis Buku "The Power of Signature : Mengenal dan Mengubah Diri melalui Tanda Tangan" )
----------
Silahkan KLIK tombol di bawah ini untuk melihat tulisan tentang grafologi lainnya !
----------
INGIN BELAJAR GRAFOLOGI LEBIH LANJUT DAN BERKONSULTASI SERTA TERAPI ?
----------
No comments:
Post a Comment