Alfred Binet (1857-1911) merupakan salah satu pelopor dalam
pengukuran inteligensi, seorang ahli psikologi berkebangsaan Perancis
yang berpendapat bahwa inteligensi bersifat monogenetik, yaitu
berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum (Azwar, 2006).
Sejak tahun 1904, Binet dan Henri telah memikirkan untuk mengembangkan
metode obyektif guna menyeleksi anak-anak yang lambat mental, karena
mereka dianggap memerlukan bantuan khusus dalam proses pendidikan.
Keduanya menulis serangkaian karangan dalam L’Annee Psychologique.
Binet tidak memiliki teori inteligensi tertentu, tetapi ia bekerja di
bidang tes-tes yang menunjukkan sampel tingkah laku anak dan membedakan
kemampuan dari tingkat umur yang berbeda beda. Binet menemukan fakta
bahwa pada setiap tingkat umur beberapa anak lebih baik dari anak
lainnya. Anak yang paling pandai dalam tes disebut bright (pandai,
cemerlang), sedangkan anak yang paling rendah dalam tes disebutnya
miskin. Menurut Binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari
karakteristik yang terus berrkembang sejalan dengan proses kematangan
seseorang (Azwar, 2006).
Binet mendasarkan tesnya pada perbandingan anak tertentu dengan
kelompok umur anak tersebut. Seorang anak yang berada di atas rata-rata
dalam hal inteligensi dapat menjawab pertanyaan lebih banyak dari
rata-rata anak dari kelompok umurnya. Apabila ia dapat
mengerjakan/menjawab pertanyaan sama dengan kelompok umurnya maka ia
dianggap memiliki inteligensi rata-rata. Anak yang performancenya di
bawah rata rata dari kelompok umurnya maka ia dianggap memiliki
inteligensi di bawah rata rata.
Dari paparan di atas nampak bahwa Binet menggunakan umur mental
sebagai dasar untuk menentukan tingkat berfungsinya mental seorang anak.
Seorang anak dapat memiliki umur 10 tahun, tetapi ia memiliki umur
mental 11 tahun jika ia dapat menjawab pertanyaan yang dapat dijawab
oleh kelompok anak yang berumur 11 tahun.
Di Amerika, tes Binet ini telah dikembangkan oleh Lewis Terman dari
Universitas Stanford dan diberi nama Tes Stanford Binet. Tes ini dapat
digunakan untuk semua anak yang mempunyai latar belakang berbeda beda.
Tes ini biasa disebut kemampuan untuk memikirkan hal hal abstrak.
Definisinya digunakan untuk dasar penyusunan item item tes.
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, merancang suatu alat
evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes
itu dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun
1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan
banyak perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah
menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio
(perbandingan) antara mental age dan chronological age.
Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford-binet. Indeks seperti ini
sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William
Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak samapai usia 13 tahun.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI BINET
Salah satu reaksi atas teori yang dikembangkan oleh Binet adalah
bahwa aspek yang diukur dalam tes yang berbasis teori Binet itu terlalu
umum. Seorang ahli psikologi dan psikometri, Charles Spearman
mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang
umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang
lebih spesifik. Teori ini disebut teori dua faktor (Two Factor Theory
of Intelligence) yang telah dibahas pada artikel sebelumnya
(Perkembangan Teori Inteligensi (1)). Alat tes yang kemmudian
dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult
Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence
Scale for Children) untuk anak-anak.
Meskipun banyak tokoh yang mempunyai ide dan mengembangkan cara untuk mengukur kecerdasan atau intelegensi seseorang, sejarah menuliskan bahwa Binet merupakan seorang pemancang tonggak awal perkembangan tes-tes inteligensi modern di seluruh dunia. Binet membuat alat yang dirancang untuk mengukur ketajaman bayangan ketahanan, kualitas perhatian, ingatan, kualitas penilaian moral dan estetika, serta kecakapan menemukan kesalahan logika serta memahami kalimat-kalimat yang termasuk dalam komponen-komponen umum berupa Arah, Adaptasi, dan Kritik dalam definisi inteligensi. Temuanya inilah yang menjadi dasar teori yang berkembang hingga menjadi faktor ganda.
----------
Disusun oleh :
Max Hendrian Sahuleka & Primasari T. Z.
( Founder Primagraphology Training & Consulting, Penulis Buku "The Power of Signature : Mengenal dan Mengubah Diri melalui Tanda Tangan" )
----------
Silahkan KLIK tombol di bawah ini untuk melihat artikel atau tulisan tentang TOKOH PSIKOLOGI yang lainnya !
----------
INGIN BELAJAR GRAFOLOGI DAN BERKONSULTASI SERTA TERAPI ?
----------
No comments:
Post a Comment